Senin, 16 Juli 2012

Pajak Oh Pajak

Asalamu'alakum,
Aku mau cerita tentang pengalaman aku ke pajak, walau bukan pengalaman pertama sih, hehe. Oh iya, bagi yang mungkin agak bingung sama kata "pajak", aku jelasin bentar ya. Pajak itu maksudnya pasar tradisional gitu, bagi yang agak bingung sama kata "pajak", mungkin karena bukan orang Medan ya. Karena kalau di Medan, pasar banyak dibilang pajak. Dan kenapa aku gunain kata "pajak" bukan "pasar"? Ya karena aku orang Jawa yang lahir dan tinggal di Medan. Hahaha (garing gak penting)

Oke, balik ke cerita. Hari minggu kemarin aku tanpa kesengajaan nemenin ibu belanja di pajak tradisional. Kenapa aku bilang tanpa kesengajaan? Yang pertama karena biasa ibu belanja di kedai jarang di pajak, yang kedua, biasa yang nganterin itu abang bukan aku. Kebetulan abang lagi kurang sehat badannya, ya jadi aku lah yang beruntung untuk nemenin ibu pergi ke pajak. 

Awalnya sih aku biasa-biasa aja kalau disuruh atau diajakin belanja, tapi setelah aku perhatiin ber-ulang-ulang, ternyata aku nemuin hal-hal yang unik di sana. Yaa, memang yang pertama terbayang kalau ke pajak tradisional itu pasti becek (gak ada ojek, sorilah jek), apalagi waktu kita masuk ke daerah penjualan ikan sob, dilantainya itu udah banyak sisik-sisik ikan yang bejatuhan gak berdosa. Kalau kita lihat ke tempat mereka jualnya apalagi, selalu penuh dengan kerumunan ibu-ibu yang siap berjuang habis-habisan buat dapetin ikan yang dia mau. Dan ibu aku salah satu dari ibu-ibu itu. Aku sebagai anak cuman bisa nyemangatin dari belakang sambil terus berdoa di tengah dorongan ibu-ibu penggemar ikan (lebay).

Setelah siap bergumul dengan ibu-ibu pecinta ikan, ibu aku pun datang dengan bawa bungkusan pelastik yang berisi ikan, terus ngasih ke aku. Aku cuman bilang "bu ada bawa keranjang atau pelastik lain?", ibu jawab "Gpp kok, ini pelastik baru". Oh, oke, aku langsung bantuin ngangkat itu bungkusan dengan berfikir kok pegangan bungkusan ini agak basah ya? Tapi perasaan ibu bilang ini baru. Karena penasaran, aku langsung mindahin bungkusan dari tangan kanan ke kiri, terus nyium tangan kanan aku. Dan sudah aku duga, harum ikannya terasa sob, itu rupanya pelastik baru, baru kesenggol ikan.

Tapi, hal yang perlu dihindari kalau ke pajak itu ketemu saudara atau temen cewek. Ya, itu yang aku alamin saat itu, ibu jumpa sama keponakannya atau kakak sepupu aku yang sama-sama lagi belanja di sana. Dan yang terjadi ketika dua wanita sudah bertemu satu sama lain adalah bercerita khas ibu-ibu (baca: ngerumpi). Bayangin di tengah ibu-ibu yang saling dorong-dorongan, senggol-senggolan, jambak-jambakan, tusuk-tusukan (Loh, *dua yang terakhir itu tidak benar) kita harus berhenti terus, berkumpul  kayak buat kelompok belajar, bedanya gak membentuk lingkaran, tapi membentuk garis lurus, dan itu ngebuat jalan di pajak itu sedikit tersendat. 

Habis itu, kami langsung beli bawang dan saudara-saudaranya di tempat yang ngejual sayuran sama bumbu-bumbu. Nah di sini aku akhirnya menemukan keuntungan aku ikut ke pajak. Banyak ibu-ibu muda sob, yang pakai piyama, dengan rambut yang ikal dan masih basah. Selain aku suka kalau liat cewek yang rambutnya basah (bukan basah keringet), aku rasa muka ibu muda itu cerah-cerah, mungkin juga sebelum pergi bedakan dulu, soalnya mukanya seger gitu. Aku langsung ngeliatin sekeliling, ternyata dan ternyata, ada cukup banyak ibu-ibu muda disana, sayangnya waktu aku nyoba buat senyum-senyum gitu pas mata kami bertatapan, eh malah buang muka. Tapi aku tersadar dalam hati "Orang itu kan udah punya suami begok!".

Dan setelah bahan-bahannya udah kebeli semua, ibu akhirnya mengajak aku pulang. Dengan hati yang riang aku menerima ajakan ibu untuk pulang dan melanjutkan tidur (loh). Kami pun pulang dengan perasaan sama-sama bahagia, ibu dapet apa yang mau dibeli, aku dapet pelajaran tentang ibu-ibu muda (Eh kok).

Oh iya, kalau pada bingung dari mana aku tau mereka ibu-ibu muda atau nggak, itu dari rambut sob, kebanyakan ibu-ibu muda itu pasti subuh-subuh udah pada keramas, jadi liat aja mana rambut yang basah mana yang nggak (ini penelitian dari sumber yang jangan dipercaya).

Baiklah, kita akhiri postingan ini dengan kesimpulan "Jika kamu anak laki-laki yang baik budi, tidak sombong dan rajin menabung, sering-seringlah nemenin ibu kamu belanja, apalagi kalau kamu sayang ibu kayak yang nulis postingan ini". Sampai jumpa di postingan berikutnya sobat.

NB: Ibu-ibu muda yang aku maksud yang baru menyandang gelar istri. Bukan cuman yang udah punya bayi.

2 komentar:

Teguh Trian mengatakan...

hhahahaha, agak-agak gimana gitu baca bagian yang ada ibu mudanya! hhahaha :D

Unknown mengatakan...

Hahaha, memang agak gimana ya :D

Posting Komentar

Statistik Blog

free counters